UNS — Presiden Republik Indonesia (RI) Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bertempat di Gedung UNS Tower Ki Hadjar Dewantara, Jumat (11/3/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi berkenan memberikan sejumlah pengarahan kepada Rektor dan Sivitas Akademika UNS berkaitan dengan tantangan menghadapi pandemi Covid-19, dampak ketegangan Ukraina-Rusia, pembenahan SDM, dan ekonomi hijau.
Pertama, mantan Wali Kota Surakarta tersebut “curhat” soal beratnya tantangan dan permasalahan yang harus dihadapi Pemerintah ketika pandemi Covid-19 melanda.
Ia mengatakan, sejumlah kepala pemerintahan dari negara-negara maju dunia pun berkeluh kesah mengenai dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan ekonomi dunia porak poranda.
“Dua hari yang lalu Kanselir Jerman Olaf Scholz telepon kepada saya berbicara banyak. Kira-kira yang saya sampaikan tadi (red: masalah ekonomi akibat pandemi Covid-19). Kemarin siang telepon lagi Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyampaikan hal yang sama,” ungkap Presiden Jokowi.
Ia menyampaikan bahwa keadaan dunia sedang tidak baik-baik saja, apalagi dengan adanya ketegangan antara Ukraina-Rusia dan kenaikan harga komoditas dunia.
Hal ini berdampak pada kenaikan harga gandum. Sebabnya, Ukraina dan Rusia memasok sekitar 20 persen kebutuhan gandum dunia.
Presiden Jokowi juga menyebut saat ini harga minyak dunia mengalami lonjakan drastis. Pada tahun 2020 lalu, minyak masih berada di kisaran $60 Dollar AS per barrel. Namun, saat ini harga minyak menjadi tidak terkendali dan mengalami kenaikan dua kali lipat hingga menyentuh angka $115 Dollar AS.
“Dua kali lipat (red: harga komoditas naik). Semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik juga. Dan, kita di sini masih nahan-nahan. Bu Menteri Keuangan saya tanya nahannya sampai berapa hari?” kata Presiden Jokowi.
Tantangan Global Semakin Berat
Dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS, Presiden Jokowi mengutarakan bahwa dunia mengalami perubahan yang sangat cepat dan Indonesia jangan sampai menjadi “korban”.
Artinya, Indonesia harus mampu mengoptimalkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satunya ia contohkan dengan menghentikan ekspor barang mentah, seperti nikel.
Presiden Jokowi mengatakan, keputusan itu diambil agar negara mendapat keuntungan lebih besar. Ia menyebut, usai ekspor nikel disetop negara mampu meraup $20 miliar Dollar AS atau sekitar Rp 280 triliun.
“Sejak VOC kita ini sudah mengekspor bahan mentah sampai sekarang masih ekspor bahan mentah. Kita tidak mendapatkan nilai tambah atau added value apa pun, tapi sejak 2020 saya sampaikan kepada para menteri satu per satu harus kita setop (red: ekspor bahan mentah),” tegas Presiden Jokowi.
Ke depan, Presiden Jokowi akan menghentikan ekspor bahan mentah lainnya, mulai dari bauksit pada tahun mendatang. Presiden Jokowi mengaku siap Indonesia digugat oleh negara-negara dunia akibat penghentian ekspor nikel dan bauksit.
“Bauksit setop tahun depan! Tembaga atau timahnya biar digugat lagi. Enggak apa-apa digugatin terus. Belum tentu kita kalah, tapi belum tentu juga kita menang. Tapi, keberanian itu harus dilakukan,” tandasnya.
Berkaca dari keberanian Pemerintah menghentikan ekspor bahan mentah, Presiden Jokowi juga meminta perguruan tinggi, termasuk UNS, untuk lebih siap menghadapi perubahan zaman dan dunia. Salah satu yang ia minta adalah penyiapan SDM unggul sesuai kebutuhan industri.
Presiden Jokowi mengatakan, waktu penyiapan SDM unggul tidaklah panjang. Ia meminta UNS bersama perguruan tinggi lainnya untuk menyiapkan hal ini dalam dua tahun saja sebelum Indonesia menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 mendatang.
Berkaca dari sejumlah kebijakan yang telah diambil Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI, Presiden Jokowi mengaku senang ketika melihat mahasiswa sudah dapat mempelajari ilmu baru di luar program studinya.
Ia berharap Progam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang telah dicanangkan dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain, termasuk menyiapkan talenta digital.
“Digital talent ini penting. AI, cloud computing, digital design, digital marketing, blockchain, semuanya. Kita harus memiliki SDM itu,” katanya.
Oleh sebab itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menitipkan pesan kepada UNS agar di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-46 berani bertindak. Terutama berani menghapus program studi yang sudah tidak relevan dan menggantinya dengan yang baru.
Dengan mahasiswa berjumlah 40.000, Presiden Jokowi menyebut UNS sebagai kapal induk yang harus berhati-hati. Pasalnya, perubahan bisa dilakukan secara lambat dan memerlukan keberanian besar untuk melakukannya.
“Ini tantangan kita dalam rangka menyiapkan SDM Indonesia. selamat Dies Natalis ke-46 UNS,” pungkas Presiden Jokowi. Humas UNS
Reporter: Y.C.A Sanjaya
Editor: Dwi Hastuti