UNS — Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. mengatakan bahwa menuju abad ke-21 kita dihadapkan dengan berbagai macam tantangan misalnya saja konvergensi pengetahuan, ledakan informasi meliputi 4V (volume, velocity, variety, dan veracity), otomatisasi, kompetisi, dan globalisasi. Sementara menuju abad 21 kita juga dituntut untuk bisa menguasai digital age literacy, menguasai inventive thinking, memiliki kecakapan effective communication, dan memilki high productivity.
“Maka untuk menjawab tantangan dan tuntutan tersebut, satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini pun yang juga sejalan dengan visi presiden `SDM Unggul`. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga telah menerapkan program Merdeka Belajar untuk mewujudkan SDM Unggul ini,” ungkap Prof. Jamal saat menjadi narasumber dalam acara Seri Kuliah Kepemimpinan bertemakan Kepemimpinan dan Tantangan Indonesia 2045 melalui Zoom Meeting pada Senin (5/9/2022) malam.
Prof. Jamal menambahkan bahwa perbaikan dari sisi SDM, karena manusia sebagai faktor utama pada proses perubahan. SDM sebagai penentu kesuksesan proses perubahan. Sementara faktor penentu pada diri SDM dalam proses perubahan meliputi kemauan, kemampuan, dan pengetahuan.
“Dalam menuju abad ke-21, tentu pasti akan ada perubahan, dan perubahan inilah yang harus diantisipasi. Perubahan pasti terjadi disetiap aspek kehidupan. Perubahan pun bersifat pasti dan tidak bisa dihindari atau ditolak namun harus dihadapi, disikapi dan diantisipasi. Juga setiap perubahan akan berdampak positif maupun negatif kepada setiap tatanan baik terkait dengan sistem proses nilai atau norma. Serta sikap antisipatif akan memberikan harapan dan peluang baru dalam menghadapi perubahan tersebut,” tutur Prof. Jamal.
Sebagaimana yang diungkapkan Prof. Jamal, untuk menghadapi abad ke-21, kita juga harus membekali diri dengan keterampilan yang dibutuhkan. Adapun keterampilan tersebut meliputi complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgement and decision making, service orientation, negotiation, dan cognitive flexibility.
“Lebih lanjut, terdapat pula 3 tuntutan kompetensi SDM di era global yang harus dimiliki. Pertama kemampuan (knowledge) yakni memahami lingkungan usaha, berwawasan global, dan penguasaan produk atau industry, kedua keterampilan yakni komunikasi global, teknologi informasi, hubungan interpersonal, dan lain-lain serta ketiga sikap atau perilaku yakni disiplin, inovatif atau kreatif, interpreneur, dan adaptif,” urai Prof. Jamal.
Sementara itu, dalam 100 tahun Indonesia merdeka atau tepatnya pada era bonus demografi 2045 Indonesia tak luput dengan yang namanya tantangan. Adapun tantangan yang nantinya akan Indonesia hadapi meliputi kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan SDM unggul dan tangguh, menjadi kekuatan ekonomi dunia, kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dan merata, dan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan yang kuat dan berwibawa.
Selain itu, dalam perjuangan menghadapi berbagai tantangan di era bonus demografi tersebut, bangsa Indonesia masih dihadapkan pada krisis kepemimpinan. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah bersama, masalah harmonisasi dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tangung jawab. Ketiga adanya krisis jiwa kepemimpinan. Pemimpin tidak hanya didapatkan dari keturunan saja melainkan harus diciptakan dan dilatih.
Pemimpin Ideal Masa Depan Indonesia
Setiap zaman membutuhkan tipologi kepemimpinan tersendiri, karena tantangan dan masalah kebangsaan semakin kompleks. Strategi pembangunan dan persaingan global pun turut membutuhkan kepemimpinan otentik yang mampu menguasai fenomena perubahan di berbagai bidang.
“Pada abad modern ini dibutuhkan pemimpin atau leader yang visioner, kreatif, inovatif, out of the box, serta cepat dan tepat dalam mengambil keputusan tanpa terombang-ambing oleh situasi yang mengendalikannya,” kata Prof. Jamal.
Menurut Prof. Jamal pendidikan juga berperan penting dalam menciptakan pemimpin ideal masa depan bangsa. Karena pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak atau karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar kelak sukses menjadi pemimpin yang ideal bagi masa depan bangsa,” ujar Prof. Jamal.
Figur Pemimpin Masa Depan Indonesia
Sebagaimana yang pernah dikatakan Presiden Republik Indonesia (RI), Jokowi bahwa “Figur ke depan harus figur yang mau bekerja keras, yang memiliki leadership kepemimpinan yang kuat dan selalu berpihak pada kepentingan rakyat”.
“Adapun makna dari pernyataan presiden tersebut adalah untuk menghadapi dinamika perubahan global yang cepat di masa depan. Karena Indonesia membutuhkan figur pemimpin yang memiliki keteladanan, melayani, dan mengayomi,” ucap Prof. Jamal.
Prof. Jamal pun turut mengajak untuk meniru kepemimpinan versi Ki Hadjar Dewantara, yakni momong, among, dan ngemong. Bahwa memimpin tidak selalu di depan, tapi dari belakang memberi semangat dan motivasi para anggotanya. Serta ketika menjadi pemimpin harus mampu membangun karsa.
“Maka dari itu, kita berharap di negara ini akan lahir banyak pemimpin masa depan yang memiliki kecerdasan dan amanah, ketegasan sikap bukan dengan suara, kemampuan menggerakkan bukan memerintahkan, kemampuan memotivasi bukan memaki, kemampuan merangkul bukan memukul, juga memiliki pemahaman dan mau meneruskan cita-cita pendahulunya,” tukas Prof. Jamal.
Prof. Jamal juga turut mengingatkan akan nasihat bijak Ki Hadjar Dewantara yakni “Neng, ning, nung, nang,”. Bahwa menang, jangan panik. Wening, tentramkan batin untuk memecahkan masalah. Hanung, terimalah kalau ada masukan. Lalu menang! Kita pasti dapat mengatasi semuanya. Pasti bisa!
“Karena tidak ada badai yang abadi untuk setiap pejuang yang gigih bertahan dan berjuang,” pungkas Prof. Jamal.
Humas UNS
Reporter: Lina Khoirun Nisa
Editor: Dwi Hastuti