UNS — Indonesia berpeluang untuk memacu perkembangan riset dan inovasi di bidang teknologi. Hal ini didukung dengan populasi penduduk Indonesia yang mencapai 275,77 juta jiwa hingga pertengahan 2022 sehingga memiliki pasar yang besar.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Kuncoro Diharjo mengungkapkan bahwa secara otomatis, kebutuhan berbagai jenis produk, baik dengan kandungan teknologi tinggi maupun rendah, sangat besar.
“Jika bangsa ini tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka mau tidak mau akan dipenuhi oleh produk impor. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki tiga potensi sumber daya alam berkelanjutan yang begitu besar, yaitu produk hasil pertanian dan produk maritim. Hal ini sesuai dengan posisi Indonesia sebagai negara agraris dan bahari. Potensi ketiga adalah energi matahari yang bersinar sepanjang masa dengan intensitas tinggi,” jelasnya, Rabu (27/7/2022).
Guru Besar Fakultas Teknik (FT) UNS tersebut juga menambahkan bahwa peluang pengembangan teknologi untuk mendorong penguatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) industri untuk melakukan penguatan riset dan inovasi produk hasil pertanian dan maritim sangat dibutuhkan sepanjang masa. Bahkan kebutuhan ini sangatlah besar meskipun hanya untuk kebutuhan pasar domestik.
Selain itu, ekspor produk segar atau olahan dari hasil pertanian dan maritim juga sangat besar, khususnya ke negara-negara mitra bisnis Indonesia di Eropa, Rusia, dan Amerika. Oleh karena itu, penguasaan teknologi bidang pertanian dan maritim sudah seharusnya dilakukan secara mandiri.
“Semestinya, kedua jenis produk tersebut menjadi kebanggaan dan keunggulan dalam persaingan pasar global. Di sisi lain, sumber energi matahari yang melimpah juga berpotensi untuk mendukung kebutuhan energi bagi UMKM, industri, dan masyarakat. Potensi energi yang besar ini mampu membawa produk asli Indonesia lebih berdaya saing tinggi,” imbuhnya.
Menurutnya, tidak hanya pada bidang pertanian dan maritim yang berpeluang untuk dikembangkan secara luas dan massif. Peluang terbuka juga di berbagai bidang yang lain, seperti kesehatan, transportasi, teknologi informasi, digital marketing, dan bidang sosial humaniora lainnya.
Tantangan
Prof. Kuncoro mengakui bahwa masih banyak tantangan dalam pengembangan riset dan inovasi di Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut seperti pentingnya penguatan pondasi kompetensi akademik lulusan yang disertai dengan memberikan kesempatan dalam pengembangan talentanya serta penguatan fasilitasi layanan riset dan inovasi baik antar periset maupun litbang/perguruan tinggi.
“Penguatan dalam pengembangan kewirausahaann atau start up bagi generasi muda sangat diperlukan. Hal ini sebagai upaya dalam penguatan daya saing produk Indonesia serta penguatan sinergi riset inovasi antar periset, antar litbang atau universitas serta dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) atau masyarakat,” kata Prof. Kuncoro.
Pada tahun 2021, Prof. Kuncoro yang juga pakar material komposit UNS beserta tim peneliti membangun sinergi riset bersama dengan PT INKA (Persero) Madiun untuk pengujian bakar gerbong kereta api skala full cabin test. Riset tersebut ditujukan untuk pengembangan material tahan api interior kereta api dalam rangka meningkatkan level jaminan keselamatan penumpang, melalui kontrol nirkabel untuk panas dan asap. Humas UNS
Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti